Selasa, 29 September 2015

6 STRATEGI KENDALIKAN ASMA PADA ANAK

6 STRATEGI KENDALIKAN ASMA PADA ANAK-Bagi sebagian keluarga, penyakit seperti asma tidak bisa dihindari karena bersifat menurun. Namun, dengan memahami seluk-beluknya, penderita asma bisa menjalani hidup yang lebih berkualitas.

Rasanya tidak ada orang tua yang tidak sedih saat melihat buah hatinya terkena serangan asma. Bernapas sepertinya adalah hal yang sulit mereka lakukan karena saluran pernapasan yang menghubungkan ke paru-paru mengalami pembengkakan dan peradangan.
Bila tidak dikendalikan dengan baik, asma dapat mengganggu kualitas hidup anak. Mereka jadi tidak bebas beraktivitas dan semakin sering berkunjung ke rumah sakit. Tambahan lagi, penggunaan obat anti-asma secara berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek samping.


KETURUNAN DAN UNGKUNGAN
Dulu, kita menganggap bahwa asma murni penyakit turunan. Artinya, jika dalam riwayat keluarga terdapat penyakit asma, para orang tua perlu ekstra waspada terhadap anak-anaknya. Menurut data dari Asthma and Allergy Foundation of America (AAFA), anak-anak dengan kedua orang tua yang mengidap asma memiliki risiko lebih besar untuk juga menderita penyakit sama, dibandingkan jika hanya salah satu orang tua yang mengidapnya. Selain itu, risiko asma akan meningkat apabila orang tua yang menderita asma itu adalah sang ibu. "Tidak semua orang yang menderita asma harus memiliki riwayat keturunan. Tapi, faktor genetik tetap punya peranan besar, mulai dari 36-79%," demikian menurut Dr. Jian Zhang, pakar yang meneliti seputar asma.
Menurut Zhang, di masa sekarang ini penyakit asma dipengaruhi oleh faktor genetik dan juga lingkungan. Seperti dimuat pada jurnal Respiratory Research, asma dapat disebabkan oleh polusi. Sebaliknya, polusi juga dapat membuat kondisi penyakit asma semakin memburuk. Selain itu, ada beberapa faktor risiko lainnya yang bisa membuat anak terkena asma. Misalnya, ada bawaan alergi, sering menderita infeksi saluran pernapasan, berat lahir yang rendah, serta paparan asap rokok sebelum dan sesudah kelahiran anak. Tingkat paparan terhadap alergen yang semakin tinggi dari hari ke hari, mulai dari debu, polusi udara, hingga asap rokok dari perokok lain, membuat anak makin rentan terhadap asma. Sementara penelitian lain menyatakan, faktor berkurangnya jumlah anak yang mendapatkan ASI membuat semakin banyak anak yang menderita asma. Pemberian ASI terbukti dapat membantu pembentukan sistem imun tubuh, sehingga tubuh anak dapat memproduksi antibodi yang lebih banyak dan dapat membantu mencegah asma.
APAYAN GBISA DILAKUKAN ORANG TUA
Sebagai orang tua kita perlu membekali diri dengan pemahaman seputar gejala asma, pemicu, dan bagaimana cara mengendalikannya, agar anak bisa hidup lebih sehat dan beraktivitas sebagaimana anak lainnya. Inilah beberapa langkah yang bisa kita lakukan:
KETAHUI GEJALANYA.
Cermati semua keluhan yang diberikan oleh anak. Gejala umum penyakit asma dapat berupa:
v  Napas menjadi lebih cepat, pendek-pendek, dan/atau berbunyi, disertai dada yang sesak.
v  Anak sering batuk, yang terjadi pada saat sedang bermain, tidur di malam hari, atau saat tertawa. Kita perlu memastikan bahwa batuk tersebut tidak disertai dengan gejala lainnya, mengingat tidak semua batuk itu pasti berarti asma.
v  Anak terlihat kurang bersemangat saat bermain. Terlihat lemas, lesu, atau lelah.
v  Sering mengalami sakit kepala.
v  Ada semacam lingkaran gelap di bagian bawah mata.
v  Hilang nafsu makan.
v  Pada anak yang berusia di bawah 5 tahun, gejala asma yang paling menonjol adalah infeksi saluran pernapasan atas.
PAHAMI PEMICUNYA
v  Asma dapat dipicu oleh apa saja dan bisa kambuh di mana saja, termasuk di rumah kita sendiri. Oleh karenanya, sebaiknya kita waspada akan beberapa hal berikut ini:
v  Polusi udara, seperti asap rokok atau jenis polutan lainnya. Jauhkan anak dari asap rokok, baik di dalam maupun di luar rumah.
v  Hal-hal yang bisa menimbulkan reaksi alergi pada anak, mulai dari bulu binatang, tunggau, kecoa, hingga serbuk sari.
v  Aktivitas berolahraga. Jika anak kita menderita asma yang cukup berat, sebaiknya berkonsultasi dengan dokter untuk pemberian alat inhalasi yang bisa digunakannya untuk mengatasi serangan asma pada saat berolahraga.
v  Pemicu-pemicu lainnya, seperti udara yang terlalu kering atau dingin, infeksi, atau beberapa jenis obat-obatan tertentu. Konsultasikan dengan dokter anak seputar obat-obatan yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi anak.
CATAT PERJALANAN PENYAKIT ANAK
Buatlah semacam diari asma untuk mencatat segala gejala yang dialami anak, kapan serangan datang dan apa yang jadi pemicunya. Diari ini membantu kita untuk melihat pola perjalanan penyakit asma pada anak, sehingga kita lebih dapat mengantisipasi kegiatannya sehari-hari.

BUAT RENCANA ANTISIPASI ASMA.
Susun semacam rencana bersama pihak sekolah untuk memastikan bahwa ketika anak mendapat serangan asma di sekolah, ia akan bisa mendapatkan penanganan yang tepat dan segera. Beritahukan pada sekolah dan guru, apa yang perlu dilakukan jika anak kita mengalami gejala atau serangan asma. Dengan begitu, kita tidak perlu selalu merasa khawatir akan kesehatan anak saat jauh dari kita.
BERI EDUKASI PADA ANAK
Tidak hanya pihak sekolah atau orang tua yang perlu siaga akan asma. Anak-anak juga perlu diajari untuk memahami apa yang terjadi pada dirinya sendiri. Beritahu mereka seputar kondisi yang diderita, apa yang harus ia lakukan jika mengalami gejala-gejala asma, cara penggunaan obat inhalasi (bila anak sudah besar), serta apa yang harus dilakukan jika mendapat serangan di sekolah.
AJARI GAYA HIDUP SEHAT.
Kebiasaan hidup yang perlu diajarkan antara lain:
v  Jangan merokok. Meski asma mereka jarang kambuh saat beranjak besar, bukan berarti mereka boleh merokok. Asap rokok tetap menjadi pemicu utama serangan asma.
v  Miliki berat badan seimbang. Kelebihan bobot bisa membuat asma jadi lebih sulit dikendalikan. Selain itu, dengan makan sehat, daya tahan tubuh juga jadi lebih kuat.
v  Tetap berolahraga. Meski olahraga dapat memicu serangan asma, sebaiknya anak tetap aktif secara fisik. Menurut Miles Weinberger, MD, Profesor di bidang Pediatri dan direktur divisi Alergi dan Pulmonari pada University of Iowa, kesehatan paru-paru yang baik bisa membantu menjaga kondisi fisik penderita asma, dan hal ini bisa dicapai melalui olahraga teratur.
v  Perhatikan makanan. Beberapa jenis makanan tertentu dapat memicu serangan asma. Semakin segar bahan makanan yang disantap, akan semakin baik dan menyehatkan.
v  Atasi stres. Tekanan mental berlebihan dapat memicu asma, jadi sebaiknya kelola stres dengan baik.
7 P Untuk Orang tua dan Anak dengan Asma
Berikut tujuh langkah penting dari Dr. Stephen J. Apaliski, dokter anak dari Children's Hospital of Pittsburgh dan ahli alergi pada Wilford Hall United States Air Force Medical Center, Texas, Amerika Serikat, untuk mengendalikan asma pada anak:
Problem: Pahami seperti apa penyakit asma itu dan bagaimana mencegahnya.
Pencegahan: hindari hal-hal tertentu di lingkungan yang bisa memicu asma.
Pemeriksaan Fungsi Paru-paru: Ketahui sejauh mana fungsi paru-paru dan gunakan informasi ini dalam menentukan penanganan penyakit.
Pengobatan: Ketahui jenis obat-obatan mana yang penting untuk dikonsumsi agar bisa mengendalikan asma.
Perencanaan: Buatlah perencanaan antisipasi asma, agar tidak perlu panik saat asma menyerang,
Pasien-Dokter; Miliki dokter andalan untuk memantau kondisi asma yang diderita dan penanganannya.

Positlf berpikir: Selalu optimis dalam menghadapi asma, kembangkan tanggung jawab dalam mengendalikan asma maupun dalam menciptakan lingkungan yang sehat bagi anak yang menderita asma.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar