6 STRATEGI KENDALIKAN ASMA PADA ANAK-Bagi sebagian
keluarga, penyakit seperti asma tidak bisa dihindari karena bersifat menurun.
Namun, dengan memahami seluk-beluknya, penderita asma bisa menjalani hidup yang
lebih berkualitas.
Rasanya tidak ada orang tua yang
tidak sedih saat melihat buah hatinya terkena serangan asma. Bernapas
sepertinya adalah hal yang sulit mereka lakukan karena saluran pernapasan yang
menghubungkan ke paru-paru mengalami pembengkakan dan peradangan.
Bila tidak dikendalikan dengan baik, asma dapat mengganggu kualitas hidup anak. Mereka jadi tidak bebas beraktivitas dan semakin sering berkunjung ke rumah sakit. Tambahan lagi, penggunaan obat anti-asma secara berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek samping.
Bila tidak dikendalikan dengan baik, asma dapat mengganggu kualitas hidup anak. Mereka jadi tidak bebas beraktivitas dan semakin sering berkunjung ke rumah sakit. Tambahan lagi, penggunaan obat anti-asma secara berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek samping.
KETURUNAN DAN UNGKUNGAN
Dulu, kita menganggap bahwa asma murni penyakit turunan. Artinya, jika dalam riwayat keluarga terdapat penyakit asma, para orang tua perlu ekstra waspada terhadap anak-anaknya. Menurut data dari Asthma and Allergy Foundation of America (AAFA), anak-anak dengan kedua orang tua yang mengidap asma memiliki risiko lebih besar untuk juga menderita penyakit sama, dibandingkan jika hanya salah satu orang tua yang mengidapnya. Selain itu, risiko asma akan meningkat apabila orang tua yang menderita asma itu adalah sang ibu. "Tidak semua orang yang menderita asma harus memiliki riwayat keturunan. Tapi, faktor genetik tetap punya peranan besar, mulai dari 36-79%," demikian menurut Dr. Jian Zhang, pakar yang meneliti seputar asma.
Dulu, kita menganggap bahwa asma murni penyakit turunan. Artinya, jika dalam riwayat keluarga terdapat penyakit asma, para orang tua perlu ekstra waspada terhadap anak-anaknya. Menurut data dari Asthma and Allergy Foundation of America (AAFA), anak-anak dengan kedua orang tua yang mengidap asma memiliki risiko lebih besar untuk juga menderita penyakit sama, dibandingkan jika hanya salah satu orang tua yang mengidapnya. Selain itu, risiko asma akan meningkat apabila orang tua yang menderita asma itu adalah sang ibu. "Tidak semua orang yang menderita asma harus memiliki riwayat keturunan. Tapi, faktor genetik tetap punya peranan besar, mulai dari 36-79%," demikian menurut Dr. Jian Zhang, pakar yang meneliti seputar asma.
Menurut Zhang,
di masa sekarang ini penyakit asma dipengaruhi oleh faktor genetik dan juga
lingkungan. Seperti dimuat pada jurnal Respiratory Research, asma dapat
disebabkan oleh polusi. Sebaliknya, polusi juga dapat membuat kondisi penyakit
asma semakin memburuk. Selain itu, ada beberapa faktor risiko lainnya yang bisa
membuat anak terkena asma. Misalnya, ada bawaan alergi, sering menderita
infeksi saluran pernapasan, berat lahir yang rendah, serta paparan asap rokok
sebelum dan sesudah kelahiran anak. Tingkat paparan terhadap alergen yang semakin
tinggi dari hari ke hari, mulai dari debu, polusi udara, hingga asap rokok dari
perokok lain, membuat anak makin rentan terhadap asma. Sementara penelitian
lain menyatakan, faktor berkurangnya jumlah anak yang mendapatkan ASI membuat
semakin banyak anak yang menderita asma. Pemberian ASI terbukti dapat membantu
pembentukan sistem imun tubuh, sehingga tubuh anak dapat memproduksi antibodi
yang lebih banyak dan dapat membantu mencegah asma.
APAYAN GBISA DILAKUKAN ORANG TUA
Sebagai orang
tua kita perlu membekali diri dengan pemahaman seputar gejala asma, pemicu, dan
bagaimana cara mengendalikannya, agar anak bisa hidup lebih sehat dan
beraktivitas sebagaimana anak lainnya. Inilah beberapa langkah yang bisa kita
lakukan:
KETAHUI GEJALANYA.
Cermati semua
keluhan yang diberikan oleh anak. Gejala umum penyakit asma dapat berupa:
v Napas
menjadi lebih cepat, pendek-pendek, dan/atau berbunyi, disertai dada yang
sesak.
v Anak
sering batuk, yang terjadi pada saat sedang bermain, tidur di malam hari, atau
saat tertawa. Kita perlu memastikan bahwa batuk tersebut tidak disertai dengan
gejala lainnya, mengingat tidak semua batuk itu pasti berarti asma.
v Anak
terlihat kurang bersemangat saat bermain. Terlihat lemas, lesu, atau lelah.
v Sering
mengalami sakit kepala.
v Ada
semacam lingkaran gelap di bagian bawah mata.
v Hilang
nafsu makan.
v Pada
anak yang berusia di bawah 5 tahun, gejala asma yang paling menonjol adalah
infeksi saluran pernapasan atas.
PAHAMI PEMICUNYA
v Asma
dapat dipicu oleh apa saja dan bisa kambuh di mana saja, termasuk di rumah kita
sendiri. Oleh karenanya, sebaiknya kita waspada akan beberapa hal berikut ini:
v Polusi
udara, seperti asap rokok atau jenis polutan lainnya. Jauhkan anak dari asap
rokok, baik di dalam maupun di luar rumah.
v Hal-hal
yang bisa menimbulkan reaksi alergi pada anak, mulai dari bulu binatang,
tunggau, kecoa, hingga serbuk sari.
v Aktivitas
berolahraga. Jika anak kita menderita asma yang cukup berat, sebaiknya
berkonsultasi dengan dokter untuk pemberian alat inhalasi yang bisa
digunakannya untuk mengatasi serangan asma pada saat berolahraga.
v Pemicu-pemicu
lainnya, seperti udara yang terlalu kering atau dingin, infeksi, atau beberapa
jenis obat-obatan tertentu. Konsultasikan dengan dokter anak seputar
obat-obatan yang boleh dan tidak boleh dikonsumsi anak.
CATAT PERJALANAN PENYAKIT ANAK
Buatlah
semacam diari asma untuk mencatat segala gejala yang dialami anak, kapan
serangan datang dan apa yang jadi pemicunya. Diari ini membantu kita untuk
melihat pola perjalanan penyakit asma pada anak, sehingga kita lebih dapat
mengantisipasi kegiatannya sehari-hari.
BUAT
RENCANA ANTISIPASI ASMA.
Susun semacam
rencana bersama pihak sekolah untuk memastikan bahwa ketika anak mendapat
serangan asma di sekolah, ia akan bisa mendapatkan penanganan yang tepat dan
segera. Beritahukan pada sekolah dan guru, apa yang perlu dilakukan jika anak
kita mengalami gejala atau serangan asma. Dengan begitu, kita tidak perlu
selalu merasa khawatir akan kesehatan anak saat jauh dari kita.
BERI
EDUKASI PADA ANAK
Tidak hanya
pihak sekolah atau orang tua yang perlu siaga akan asma. Anak-anak juga perlu
diajari untuk memahami apa yang terjadi pada dirinya sendiri. Beritahu mereka
seputar kondisi yang diderita, apa yang harus ia lakukan jika mengalami
gejala-gejala asma, cara penggunaan obat inhalasi (bila anak sudah besar),
serta apa yang harus dilakukan jika mendapat serangan di sekolah.
AJARI GAYA HIDUP SEHAT.
Kebiasaan hidup yang perlu
diajarkan antara lain:
v Jangan
merokok. Meski asma mereka jarang kambuh saat beranjak besar, bukan berarti
mereka boleh merokok. Asap rokok tetap menjadi pemicu utama serangan asma.
v Miliki
berat badan seimbang. Kelebihan bobot bisa membuat asma jadi lebih sulit
dikendalikan. Selain itu, dengan makan sehat, daya tahan tubuh juga jadi lebih
kuat.
v Tetap
berolahraga. Meski olahraga dapat memicu serangan asma, sebaiknya anak tetap
aktif secara fisik. Menurut Miles Weinberger, MD, Profesor di bidang Pediatri
dan direktur divisi Alergi dan Pulmonari pada University of Iowa, kesehatan
paru-paru yang baik bisa membantu menjaga kondisi fisik penderita asma, dan hal
ini bisa dicapai melalui olahraga teratur.
v Perhatikan
makanan. Beberapa jenis makanan tertentu dapat memicu serangan asma. Semakin
segar bahan makanan yang disantap, akan semakin baik dan menyehatkan.
v Atasi
stres. Tekanan mental berlebihan dapat memicu asma, jadi sebaiknya kelola stres
dengan baik.
7 P Untuk Orang tua dan Anak dengan Asma
Berikut tujuh langkah penting
dari Dr. Stephen J. Apaliski, dokter anak dari Children's Hospital of
Pittsburgh dan ahli alergi pada Wilford Hall United States Air Force Medical
Center, Texas, Amerika Serikat, untuk mengendalikan asma pada anak:
Problem: Pahami seperti apa penyakit asma itu dan bagaimana
mencegahnya.
Pencegahan: hindari hal-hal tertentu di lingkungan yang bisa memicu
asma.
Pemeriksaan Fungsi Paru-paru: Ketahui sejauh mana fungsi paru-paru
dan gunakan informasi ini dalam menentukan penanganan penyakit.
Pengobatan: Ketahui jenis obat-obatan mana yang penting untuk
dikonsumsi agar bisa mengendalikan asma.
Perencanaan: Buatlah perencanaan antisipasi asma, agar tidak perlu
panik saat asma menyerang,
Pasien-Dokter; Miliki dokter andalan untuk memantau kondisi asma
yang diderita dan penanganannya.
Positlf berpikir: Selalu optimis dalam menghadapi asma, kembangkan tanggung
jawab dalam mengendalikan asma maupun dalam menciptakan lingkungan yang sehat
bagi anak yang menderita asma.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar